Dari Musibah Menjadi Berkah, Membangun Brand Fashion yang Penuh Makna

Ketika langkah kecil dibimbing oleh niat baik, semesta seakan membuka jalan. Itulah yang terjadi pada Dini, sosok di balik brand fashion Damakara, yang memulai usahanya dari keterpurukan menjadi salah satu inspirasi besar di dunia wirausaha sosial Indonesia.
Bermula dari Rasa Syukur: Umrah Satu Tahun Satu Karyawan
Bagi Dini, keberhasilan Damakara bukanlah hasil dari kerja keras individu semata. Ia percaya ada kekuatan besar dari kerja tim dan doa-doa yang mengiringinya. Dari rasa syukur itulah lahir program istimewa: setiap tahun satu karyawan diberangkatkan ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah umrah.
Hingga kini, empat orang telah diberangkatkan melalui program tersebut. “Mungkin ada keajaiban dari doa-doa mereka di sana yang membuat Damakara bisa sampai titik ini,” tutur Dini dengan penuh haru.
Berbagi Lewat Produk: Dari Sarung hingga Koleksi Kinasih
Tak hanya untuk internal tim, semangat berbagi juga merambah ke konsumen. Saat peluncuran koleksi Kinasih di masa pandemi, Damakara menyisihkan Rp50.000 dari tiap penjualan untuk membantu ibu-ibu kepala keluarga yang terdampak pandemi.
Begitu pula saat Ramadan, satu sarung yang terjual berarti satu sarung pula disumbangkan untuk tuna wisma. “Kami ingin kebaikan ini dirasakan oleh lebih banyak orang,” ungkapnya.
Perjalanan Damakara: Berawal dari Musibah Besar
Sebelum mendirikan Damakara, Dini dan suaminya menjalankan usaha bernama Indogarmen, yang melayani pesanan seragam kerja. Namun, di tahun 2019, musibah besar datang: kapal pengiriman mereka terbakar di laut Masalembo, menelan kerugian hingga Rp500 juta.
Alih-alih menyerah, Dini menganggap musibah itu sebagai titik balik. “Kalau tidak ada kebakaran itu, mungkin Damakara tidak akan pernah ada,” ujarnya. Ia meluncurkan Damakara pada Januari 2020, tak lama sebelum pandemi melanda.
Saat proyek-proyek Indogarmen terhenti karena WFH dan larangan event, justru Damakara mulai menunjukkan sinarnya. “Rasanya seperti sudah disiapkan jalan lain oleh Tuhan,” kata Dini.
Filosofi di Balik Damakara: Lebih dari Sekadar Fashion
Damakara bukan hanya label busana. Brand ini mengusung nilai-nilai luhur, mulai dari pelestarian batik hingga misi sosial. Dini ingin batik bisa dipakai sehari-hari, bukan hanya saat acara resmi. Maka, lahirlah batik dengan desain simpel, modern, namun tetap kaya makna.
Tak berhenti di situ, sebagian hasil penjualan batik Damakara digunakan untuk mendanai terapi menggambar bagi teman-teman berkebutuhan khusus. “Kami ingin produk ini punya makna lebih dari sekadar fashion,” jelasnya.
Modal Rp1 Juta dan Spirit Pantang Menyerah
Siapa sangka Damakara dimulai dari modal hanya Rp1 juta. Awalnya, hanya memproduksi dua hingga tiga pieces per artikel. Namun lambat laun, produksi meningkat menjadi puluhan, ratusan, hingga ribuan setiap bulan. “Kami tumbuh organik, semuanya diputar dari penjualan,” jelasnya.
Penjualan dilakukan secara online dan offline. Bahkan saat pandemi, Dini nekat membuka toko fisik, yang kini menjadi salah satu channel penjualan utama Damakara.
Dukungan dari Diplomat Success Challenge (DSC)
Perjuangan Damakara untuk naik kelas mendapat suntikan energi baru saat Dini mengikuti Diplomat Success Challenge (DSC)—sebuah kompetisi wirausaha dari Wismilak Foundation. Di sesi ke-14, Dini keluar sebagai salah satu finalis dan menerima dana hibah sebesar Rp225 juta.
Dana tersebut digunakan untuk membuka outlet kedua Damakara di Bandung. “DSC bukan hanya memberi dana, tapi juga pembekalan bisnis dan networking,” ungkap Dini.
Kolaborasi Lintas Bidang: Buku Anak dan Aroma Khas
DSC membuka jalan kolaborasi. Dini menggandeng Tania dari Guru Bumi untuk membuat buku cerita anak tentang batik cap, demi mengenalkan budaya ini ke generasi muda. Bersama pebisnis lain seperti Mbak Septi dari Organik, Damakara juga mengembangkan aroma khas yang melekat di setiap produk mereka.
Dari Dagangan SD hingga Brand Nasional
Perjalanan Dini dalam dunia jualan ternyata sudah dimulai sejak kecil. Saat SD, ia menjual jajanan di madrasah tempatnya belajar. “Waktu itu belum ada yang jualan, jadi aku bawa sendiri,” kenangnya. Semangat jualan terus berlanjut hingga SMA dan kuliah, meski kala itu belum benar-benar serius digeluti sebagai bisnis.
Kini, Damakara menjadi perwujudan dari semua pengalaman, nilai, dan keinginan Dini untuk membuat dampak yang lebih luas.
Penutup: Damakara, Bukti Nyata Bahwa Berbisnis Bisa Sekaligus Berbagi
Kisah Dini dan Damakara mengajarkan kita bahwa bisnis tak harus melulu soal keuntungan. Ada ruang untuk berbagi, memberi makna, dan menjadi jalan keberkahan bagi banyak orang. Dari modal kecil dan musibah besar, tumbuh sebuah brand yang kini memberi manfaat hingga ke pelosok negeri—mulai dari karyawan, konsumen, hingga mereka yang berkebutuhan khusus.
Damakara bukan sekadar brand fashion. Ia adalah gerakan kecil penuh cinta, yang terus berkembang dengan semangat berbagi dan berkarya.