Dari Tukang Dagang Kecil Jadi CEO Mitraku: Kisah Inspiratif Ahmad Mengubah Stigma Jadi Kesuksesan

“Saya pernah dicap gelandangan, tapi sekarang mampu menggaji puluhan karyawan dan melayani ratusan pelanggan setiap hari.” – Ahmad, CEO Mitraku
Awal yang Pahit: Pernah Bangkrut Hingga Tak Mampu Beli Beras
Tak banyak yang tahu bahwa Ahmad, pendiri sekaligus CEO Mitraku, pernah mengalami titik terendah dalam hidupnya. Setelah menikah, ia sempat bangkrut hingga untuk membeli beras pun sulit. Ia bahkan pernah mendapat cap “gelandangan” dari lingkungan sekitar. Namun Ahmad tidak menyerah.
Ia percaya bahwa setiap kesulitan membawa makna. Dan dari kejatuhan itulah, lahir sebuah tekad kuat untuk bangkit.
Mitraku: Mewujudkan Mimpi dari Nol
Tahun 2012, dengan tekad dan mimpi besar, Ahmad mendirikan Mitraku, sebuah usaha yang fokus pada penyediaan kebutuhan kuliner dan kemasan makanan. Ia melihat peluang saat bahan-bahan dan kemasan makanan berkualitas masih sulit didapat di Ciamis.
Awalnya sederhana. Tapi seiring berkembangnya tren kuliner dan meningkatnya kesadaran packaging dari generasi muda, bisnisnya pun ikut melejit. Terlebih saat tren tahu bulat sedang naik daun, permintaan terhadap produk Mitraku pun melonjak drastis.
Melayani Hingga Ratusan Pelanggan Setiap Hari
Kini, saat high season, Mitraku mampu melayani hingga 800 pelanggan per hari. Orang rela antre panjang demi mendapatkan produk mereka. Tapi bagi Ahmad, keberlimpahan ini bukan untuk dibanggakan, tapi dikelola.
“Inovasi baru hanya bisa muncul jika kita sudah mampu mengelola keberlimpahan dengan baik,” ujarnya.
Jiwa Dagang yang Tumbuh Sejak Kecil
Kecintaan Ahmad pada dunia dagang sudah tertanam sejak kecil. Dari berdagang mercon, kaleci, hingga majalah bekas, semua pernah ia jalani. Ia tidak belajar dagang di sekolah, tapi langsung dari lapangan dan dari pengalaman keluarganya yang semuanya pedagang.
Dagang Bukan Sekadar Untung, Tapi Membangun Nilai
Bagi Ahmad, berdagang bukan hanya soal cuan. Ia percaya bahwa perusahaan harus membawa manfaat untuk banyak orang. Dari karyawan, pelanggan, hingga lingkungan sekitar.
Maka dari itu, Mitraku punya nilai corporate social sharing: sebagian keuntungan dialokasikan untuk kegiatan sosial seperti membantu pesantren dan program berbagi lainnya.
Mengelola Kerugian dan Meningkatkan Layanan
Bisnis tentu tidak selalu mulus. Ahmad pernah mengalami kerugian jutaan rupiah tiap bulannya karena salah kirim barang, stok rusak, hingga kelalaian transaksi. Tapi semua itu menjadi pelajaran.
Kini, ia menerapkan sistem kontrol yang ketat: mulai dari peringatan masa kedaluwarsa, edukasi ke supplier, hingga memperlakukan promosi sebagai bentuk apresiasi, bukan kerugian.
Karyawan adalah Mitra, Bukan Sekadar Pekerja
Masalah pelayanan pun jadi perhatian besar. Ahmad tak segan membina langsung karyawan yang kurang ramah kepada pelanggan. Ia mengajarkan nilai-nilai sederhana seperti berbicara sopan, tidak menatap tajam, dan melayani dengan hati.
Hasilnya? Banyak karyawan yang dulunya kurang disukai, kini justru jadi favorit pelanggan.
Tidak Klaim Paling Besar, Tapi Selalu Berproses
Ahmad tidak pernah menyebut Mitraku sebagai yang “terbesar”, “terlengkap”, atau “termurah”. Ia hanya mengatakan bahwa Mitraku sedang berproses menuju itu semua, dengan terus berinovasi dan memperluas cabang agar masyarakat lebih mudah mengakses produknya.
Fokus adalah Kunci Kesuksesan
“Saya tidak punya banyak prestasi,” ucap Ahmad merendah. “Tapi saya punya fokus.”
Ia percaya bahwa keberhasilan hanya akan datang pada mereka yang benar-benar fokus menjalani apa yang ditekuni. Ia juga berprinsip untuk tidak merugikan orang lain dan sebisa mungkin bermanfaat bagi banyak orang.
Visi Jangka Panjang: Bukan Hanya Dagang, Tapi Edukasi
Lebih dari sekadar berjualan bahan makanan dan kemasan, Ahmad bermimpi membangun "baking school" atau "baking center" yang bisa menjadi pusat edukasi dan ilmu bagi masyarakat luas. Ia ingin ilmu dan pengalamannya bisa diakses oleh siapa saja.
Penutup: Jangan Malu Memulai, Banggalah Menjadi Pengusaha
Ahmad berpesan kepada para generasi muda:
“Banggalah ketika memulai usaha. Hadirkan kebanggaan dalam usahamu. Jangan cengeng, maksimalkan potensi.”
Dengan fokus, keberanian, dan nilai-nilai sosial yang kuat, Ahmad telah membuktikan bahwa dari stigma sebagai gelandangan, ia bisa bangkit menjadi pengusaha sukses yang berdampak bagi banyak orang.