Ekonomi Bisnis

Harga Minyak Ikut Lunglai Terpukul Tarif Resiprokal Trump

JAKARTA – Harga minyak turun lebih besar sangat jauh di pada perdagangan awal di area Asia pada hari Hari Jumat (4/4/2025), dan juga berada di dalam jalur untuk minggu terburuk di beberapa bulan. Keterpurukan itu disebabkan efek tarif resiprokal yang baru diberitahukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang dimaksud memicu kegelisahan menghadapi pertempuran dagang global yang digunakan dapat membebani permintaan minyak.

Mengutip Reuters, tarif minyak berjangka Brent turun USD31 sen, atau 0,4%, menjadi USD69,83 per barel pada pukul 01.57 GMT. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate Negeri Paman Sam turun USD32 sen, atau 0,5%, menjadi USD66,63. Brent berada di tempat jalur untuk kerugian mingguan terbesarnya pada persentase sejak minggu yang mana berakhir pada 14 Oktober, serta WTI sejak minggu yang dimaksud berakhir pada 21 Januari.

Keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak serta sekutunya (OPEC+) untuk memajukan rencana untuk meningkatkan produksi, menambah sentimen bearish melawan tarif minyak. Organisasi yang dimaksud sekarang bertujuan untuk memulihkan produksi 411.000 barel per hari ke lingkungan ekonomi pada bulan Mei, naik dari 135.000 barel per hari seperti yang dimaksud direncanakan sebelumnya.

“Ini mempercepat surplus yang digunakan diharapkan yang mana kita lihat di area lingkungan ekonomi minyak tahun ini. Lebih sejumlah pasokan OPEC+ akan memunculkan tambahan banyak minyak mentah asam sedang dan juga spread Brent-Dubai yang digunakan lebih banyak luas,” kata analis di dalam ING pada hari Jumat. “Spread ini sudah pernah mengalami diskon yang dimaksud tidak ada biasa selama sebagian besar tahun ini.”

Kedua acuan biaya mulai anjlok sejak konferensi pers Trump pada Rabu (2/4) sore, yang tersebut disebutnya “Hari Pembebasan” ketika ia mengumumkan tarif dasar 10% untuk semua impor ke Amerika Serikat serta bea masuk yang dimaksud lebih tinggi tinggi untuk puluhan mitra dagang terbesar negara itu.

Impor minyak, gas, kemudian item olahan dikecualikan dari tarif baru Trump yang dimaksud luas, tetapi kebijakan yang disebutkan dapat memicu inflasi, memperlambat perkembangan ekonomi, serta mengintensifkan sengketa perdagangan, yang mana membebani biaya minyak.

Related Articles

Back to top button